Bacaan I : Amsal 8:1-4, 22-31
Mazmur : Mazmur 8
Bacaan II : Roma 5:1-5
Bacaan Injil : Yohanes 16:12-15
Seiring dengan berkembanganya media teknologi informasi, tidak sedikit kalangan yang mengatakan bahwa saat ini kita berada pada era post-truth atau era pasca-kebenaran. Era post-truth atau pasca-kebenaran ditandai dengan lebih dominannya keyakinan personal atas sebuah informasi dibanding fakta sesungguhnya. Kondisi ini menyebabkan semakin tersebarnya berita hoaks atau berita bohong, terutama yang terkait dengan isu-isu sosial politik saat ini (https://aptika.kominfo.go.id/2019/02/era-post-truthpicu-penyebaran-berita-bohong/). Jika kita memperhatikan media sosial, tidak sedikit orang yang berdebat menggunakan akun anonim dengan ahli-ahli atau pakar di bidangnya. Kondisi ini tentunya mengkhawatirkan. Kebenaran seolah menjadi sangat subjektif dan tidak lagi memiliki dasar.
Lalu bagaimana dengan kekristenan? Kekristenan pun mau tidak mau memasuki era post-truth. Dalam ranah sosial, ada berbagai pandangan dan pendapat yang dinyatakan sebagai kebenaran Allah. Dalam ranah pribadi, "kata hati" tidak jarang dianggap kebenaran oleh orang Kristen. Bahkan, "kata hati" pun sering kali disamakan dengan suara Roh Kudus. Namun, apakah "kata hati" sesuai dengan suara Roh Kudus? Bisa jadi tidak, ketika "kata hati" tidak sejalan dengan kebenaran Roh Kudus.
Misalnya, ketika "kata hati" mengarahkan kita untuk menikmati hal-hal yang menyenangkan alih-alih bekerja padahal kita sedang butuh untuk bekerja. Kondisi tersebut mungkin akan menyebabkan kita tidak dapat bekerja dengan baik. Oleh karena itu, apa pun yang menjadi pedoman kebenaran, kebenaran Allah seharusnya menjadi pedoman yang utama dalam kehidupan umat.
Bacaan Injil Minggu Trinitas tahun ini membicarakan konsep Roh Kudus yang berada dalam kesatuan Sang Bapa dan Sang Anak. Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran menjalankan peran dalam mengingatkan pada murid akan firman yang disampaikan oleh Yesus. Firman yang disampaikan oleh Yesus adalah firman yang berasal dari Bapa. Dengan demikian, ketiga pribadi Allah berkarya bersama dalam mendampingi manusia. Konsep ini kemudian dihubungkan dengan konsep hikmat dalam Amsal pada bacaan pertama. Dalam kaitan dengan peran Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus inilah, hikmat di dalam Amsal akan menjadi sorotan. Allah Trinitas yang hadir dalam Roh Kebenaran pada akhirnya akan menjadi sumber hikmat dan sumber kebenaran dalam kehidupan umat.
(Disadur dari Dian Penuntun Edisi 39)








