Panggilan Allah kepada manusia adalah undangan untuk hidup dalam hubungan yang akrab dengan-Nya dan menjalani kehidupan yang bermakna melalui pelayanan kepada-Nya di dunia ini. Panggilan Allah dapat dipahami juga sebagai ajakan Ilahi, yang bersifat umum dan khusus. Panggilan umum mengajak setiap orang untuk hidup dekat dengan Allah, ini mencakup ajakan untuk percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat dan melakukan ajaranNya serta mengikuti teladan-Nya. Sementara panggilan khusus berhubungan dengan tugas serta peran tertentu yang ditetapkan Allah bagi individu tertentu. Setiap orang memiliki panggilan unik dari Allah yang harus dijawab dengan iman, keberanian, dan kesetiaan untuk melayani Dia sesuai dengan kehendak-Nya.
Dalam bacaan Injil Lukas 4:21-30, Yesus menunjukkan keberanian untuk menjawab panggilan Allah meskipun Ia tahu akan mengalami penolakan. Ketika Yesus mengajar di sinagoga di Nazaret, Ia menyatakan bahwa nubuat dari nabi Yesaya tentang pembebasan dan pengharapan kini digenapi dalam diri-Nya. Awalnya, orangorang di sana terpesona oleh ajaran-Nya, tetapi ketika mereka menyadari bahwa Yesus adalah anak Yusuf alias “anak tukang kayu", akhirnya mereka mulai meragukan-Nya (ay.21-22). Ketika Yesus menunjukkan kepada mereka bahwa tidak ada nabi-nabi (perjanjian lama) yang dihargai di tempat asalnya, mereka menjadi marah lalu mau menyingkirkan dan menghabisi Yesus. Namun meskipun ditolak, Yesus tidak membiarkan penolakan itu menghentikan misi-Nya. Ia berjalan lewat dari tengahtengah mereka dan melanjutkan pelayanan-Nya di tempat lain (ay. 24-30).
Kisah penolakan Yesus di kampung halamannya menunjukkan bahwa penolakan adalah bagian dari perjalanan pelayanan. Kita bisa saja mengalami penolakan saat berbagi iman atau kebenaran, atau saat melakukan pelayanan dimana Tuhan mengutus kita. Kita harus tetap teguh mengerjakan panggilan Tuhan dalam hidup kita dan setia mengerjakan misi-Nya ketika menghadapi tantangan maupun penolakan. Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa saat menjawab panggilan Tuhan memerlukan keberanian untuk berdiri di atas kebenaran, bahkan ketika itu tidak popular.
Ingatlah bahwa setiap kita memiliki panggilan unik yang harus dijawab dengan iman, keberanian, dan komitmen teguh untuk melayani Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan memahami dan meyakini panggilan ini, kita dapat lebih siap untuk menjalani hidup yang berkenan kepada Allah dan berkontribusi pada rencana-Nya bagi dunia. Mari kita terus berdoa agar diberi keberanian dan hikmat dalam menjalani panggilan tersebut dan beroleh kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan dan hambatan yang ada dengan setia. Marilah kita dengan penuh syukur dan bertanggungjawab mengerjakannya, agar hidup kita semakin berkenan di hadapan Tuhan. Imanuel.
Pdt. Adi Cahyono








