Dorongan untuk menjadi popular semakin kuat dijaman sekarang. Semakin popular maka semakin hebat, berwibawa. Menjadi popular semakin membawa manusia pada kenyataan yang ironis dimana kepopuleran menjadi standar hidup dan kebahagiaan karena dorongan untuk menjadi popular membawa manusia pada dorongan: ‘Aku yang hebat, aku yang terkuat, Aku satu-satunya penentu.’. Pemahaman ini dengan sadar atau tanpa sadar akan membawa manusia pada kehancuran dirinya sendiri. Kehancuran dalam kesepian, kehampaan dan sia-sia. Manusia menjadi letih karena harus mengejar, meningkatkan dan mempertahankan kepopulerannya. Contohnya saja dengan kenyataan yang dihadapi oleh artis-artis Korea yang banyak mengambil Keputusan untuk bunuh diri dengan alasan depresi atas tuntutan sebagai artis atau tekanan dari para netizen saat mengalami masalah. Popularisme akhirnya membawa manusia pada kehilangan identitas diri, relasi hangat dengan Tuhan dan sesama.
Dalam pembacaan minggu ini kita diajak untuk melihat dan merenungkan sikap terhadap godaan menjadi popular.
Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Lukas 9:33
Yakobus, Yohanes dan Petrus mengalami pengalaman dimana Yesus guru mereka mengalami kemuliaan sebagai Sang Ilahi dan perjumpaan dengan Musa dan Elia. Kemuliaan yang tak terduga dan membuat mereka sangat terpesona. Ketakjuban mereka kepada Yesus membawa Petrus pada niatan untuk membuat kemah sebagai tanda atau tugu tempat peringatan akan peristiwa Yesus dimuliakan. Niatan yang mengaburkan akan hakekat sesungguhnya akan keotentikan Yesus sebagai Ilahi. Keilahian dimana Yesus adalah Tuhan sang IMMANUEL: Allah yang hadir dalam kehidupan dalam kerendahan hati dan pengosongan diri-Nya. Yesus dengan keras mengingatkan Yohanes, Yakobus dan Petrus untuk tidak bercerita tentang peristiwa kemuliaan Yesus ini. Yesus meneruskan misinya dengan menyembuhkan anak yang kerasukan setan dan mengingatkan denga keras bahwa akan segara tiba waktunya bahwa Yesus akan diserahkan kepada tangan manusia dimana penyaliban akan tiba sangat dekat waktunya.
Dalam kisah Tuhan Yesus dimuliakan kita bisa belajar bahwa:
- Jangan takut untuk menolak godaan-godaan untuk menjadi populer yang bisa membawa semakin jauh dari Tuhan Yesus dan mengaburkan kita dalam merasakan kehadiran Tuhan Yesus. Menjadi populer tidak sama dengan menjadi mulia.
- Kemuliaan Tuhan Yesus bukan sekedar dari penampilan Tuhan yang terlihat berkilau-kilau dan bertemu dengan orang-orang super hebat didunia; Elia dan Musa. Namun nada dalam pengosongan dan kerendahan hati Yesus dan kesetiaan hadir sebagai Sang IMMANUEL bagi mereka yang sakit dan terjerat roh jahat.
- Tuhan Yesus tetap setia dan tegas bagi murid-muridNya untuk mempersiapkan mereka menghadapi saat penyaliban dan menjadikan para murid yang kuat dan teguh dalam menghadirkan kabar keselamatan bagi kehidupan. Kita semua adalah umat Tuhan dan murid-Nya maka pandanglah panggilan kita ditengah dunia untuk mengejar kemuliaan seperti Yesus bukan sekedar menjadi popular, SoLaGracia.
Pdt. Ima F. Simamora








