Setiap orang memiliki dorongan untuk disukai oleh orang lain. Semakin hari dorongan setiap orang untuk disukai semua orang semakin tinggi. Di media sosial banyak orang begitu antusia untuk membuat konten dengan video atau foto-foto agar mendapatkan respon disukai oleh orang lain, viral dan banyak pengikut. Untuk disukai oleh orang lain bahkan ada orang-orang yang melakukan hal-hal kurang benar bahkan terpuji; menyebarkan aib orang, menyebarkan berita-berita yang tidak dapat dijamin keasliannya, kebohongan-kebohongan bahkan sampai harus mengubah secara fisik agar tetap disukai. Setiap kita ingin disukai bahkan diikuti namun kita juga harus memiliki sikap kritis dan benar dalam mengikapi hal-hal ini.
Dalam Lukas 2: 41-52 dikisahkan bagaimana Yesus pada masa usia 12 tahun diajak oleh kedua orangtuanya untuk mengikuti Paskah Yahudi. Pada saat itu Yesus sempat tidak bersama dengan kaum keluarga-Nya, Yesus sedang bercakap-cakap dengan para ahli Taurat. Percakapan ini membuat banyak orang takjub dengan kecerdasan yang dimiliki oleh Yesus Kristus. Hal ini mengejutkan Maria dan Yusuf, bagaimana bisa anak usia 12 tahun dapat bertanya-jawab dengan para ahli Taurat. Kisah disukai oleh banyak orang juga tercermin pada kisah Samuel dimana pada masa anak-anak Samuel belajar taat dan setia dan semakin hari semakin disukai oleh Tuhan Allah dan sesama.
Dari kisah Yesus dibait Allah dan Samuel kitab isa belajar bahwa disukai itu bukan hanya bersoalan antara sesama manusia namun harus dilandasi oleh takut akan Tuhan Allah. Takut akan tuhan Allah dalam rasa tunduk, setia dan taat. Sehingga saat kita mengejar dan mengelola diri agar disukai oleh orang banyak kita tidak terjerumus dengan menghalalkan cara namun kita merasakan hal yang penting dari disukai adalah bagaimana kita mengelola diri untuk dapat disukai oleh Tuhan Allah terlebih dahulu dibandingkan dengan sesame bukan disukai manusia dulu baru Tuhan. Solagracia
Pdt. Ima F. Simamora








