Gereja bagai bahtera di laut yang seram
mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Mengamuklah samudera dan badai menderu,
gelombang zaman menghempas dan sulit ditempuh.
Penumpang pun bertanyalah selagi berjerih.
Berapa lagi jauhnya labuhan abadi?
Tuhan tolonglah! Tuhan, tolonglah!
Tanpa Dikau semua binasa kelak, Ya, Tuhan tolonglah.
Warga Jemaat GKI Delima yang terkasih.
Syair nyanyian “Gereja Bagai Bahtera” yang dikutip di atas tampak begitu nyata dalam kehidupan bergereja kita akhir-akhir ini. Sebagai gereja, kita sedang menghadapi pergumulan yang tidak mudah. Bagai bahtera yang mengarungi lautan seram, bahtera ini sedang menghadapi amukan samudera dan badai besar. Sebagai penumpang, tidak sedikit di antara kita yang merasa terluka, kecewa, kehilangan arah, dan bahkan bertanyatanya. Di tengah situasi tersebut, refrain nyanyian ini mengingatkan kita untuk terus memohon pertolongan Tuhan sebab hanya di dalam Dia kita dapat melewati badai ini tanpa mengalami kebinasaan.
Gereja Kristen Indonesia (GKI) pun menghayati bahwa secara hakiki, sumber keberadaan gereja ini adalah Allah Trinitas itu sendiri. Maka dalam menghadapi setiap pergumulan, GKI selalu berupaya mencari kehendak dan pertolongan Allah Trinitas yang berwatak kasih dan menciptakan persekutuan di tengah kepelbagaian. Watak inilah yang mewarnai kehidupan bergereja di GKI, termasuk dalam kehidupan berorganisasi.
Sebagai persekutuan tubuh Kristus yang hadir di dunia, tidak bisa dihindarkan kalau GKI perlu mewujud dalam rupa organisasi. GKI tetap memerlukan perangkat peraturan resmi dan sarana organisasional gerejawi yang fungsional, yaitu Tata Gereja dan Tata Laksana GKI. Penyusunan perangkat peraturan ini dihayati sebagai upaya GKI mewujudkan persekutuan kasih Allah Trinitas di dalam kepelbagaian. Maka penyusunan Tata Gereja dan Tata Laksana GKI pun melibatkan seluruh lingkup pelayanan GKI. Segala sesuatu yang ada di dalamnya bertujuan untuk kebaikan. Melaluinya, Tata Gereja dan Tata Laksana GKI menolong GKI untuk bergereja dengan keteraturan Ilahi. “Sebab, Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera… Namun segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur” (1 Korintus 14:33, 40). Namun kita pun tidak bisa menutup mata bahwa ada konsekuensi-konsekuensi yang kita yakini juga bertujuan untuk semakin membuat keberadaan Tuhan Sang Kepala Gereja itu nyata.
Pergumulan yang kita alami sebagai GKI Delima dalam beberapa tahun terakhir, khususnya terkait kependetaan, mendorong kita semua menyandarkan diri pada pertolongan Tuhan. Selain melalui doa dan bahkan pendampingan pastoral, perangkat organisasi GKI pun kita hayati sebagai instrumen pertolongan Tuhan bagi gerejanya untuk mengarungi laut yang seram. Pertolongan ini semata-mata agar persekutuan kasih Allah Trinitas tetap terwujud di tengah badai besar sekalipun.
“Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu.”
(1 Petrus 5:7)
Proses mutasi pendeta adalah salah satu instrumen yang kita imani sebagai cara Tuhan untuk memberikan pertolongan bagi gereja-Nya. Instrumen ini pun memuat konsekuensi dari apa yang diatur. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari dan tidak bisa juga kita anggap sebagai sesuatu yang buruk. Apa yang diatur diletakkan dalam kerangka kebaikan tidak hanya bagi para pemimpin gereja namun juga bagi seluruh jemaat sebagai satu tubuh Kristus. Manakala ternyata ada sesuatu yang sangat menyedihkan terjadi, maka mari kita letakkan ini sebagai sebuah kerangka konsekuensi organisasi. Namun konsekuensi ini pun ada di dalam tujuan mewujudkan persekutuan kasih Allah Trinitas di tengah kepelbagaian.
Dengan kaca mata inilah Tata Gereja dan Tata Laksana GKI mengatur soal penanggalan pendeta. Penanggalan pendeta adalah bentuk kasih itu sendiri yang memang tidak popular di mata dunia. Maka penanggalan pendeta bukan berarti akhir perjalanan seorang anak Tuhan. Secara organisasi, ia bukan lagi seorang pendeta atau bagian dari kepemimpinan GKI namun ia tetap berharga di mata Tuhan dan dikasihi oleh Tuhan. Ia tetap berada di dalam persekutuan kasih Allah Trinitas dan kita yakini bahwa Allah pun sedang menolongnya untuk merasakan kasih Allah yang melampaui pikiran dan bayangan manusia. Firman Tuhan berkata, “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” (Roma 11:33). Maka proses ini adalah bagian dari pemulihan bagi setiap pribadi maupun seluruh anggota tubuh Kristus.
Oleh karena itu dalam penghayatan ini:
- Sebagai satu tubuh Kristus, mari tetap kita menjalani semua proses ini dengan kesatuan hati. Menjalani sebuah konsekuensi selalu tidak menyenangkan. Bahkan proses yang sudah berlangsung beberapa tahun ini pun menjadi pergumulan batin bagi Majelis Jemaat dan kita semua sebab ini adalah luka bagi tubuh Kristus yang kita cintai bersamasama.
Namun di dalam penghayatan akan salib Kristus, semua ini adalah bagian dari belajar bersama. Proses ini adalah bagian dari saling mendukung sebagai satu Tubuh Kristus dan meyakini bahwa kita semua berjalan bersama. Segala hal yang sudah diputuskan dan dijalani adalah perjalanan bersama yang kita yakini Tuhan, Sang Kepala Gereja ada di dalamnya. Mari terus berjalan bersama, tidak saling menyalahkan namun saling mendoakan. Tidak saling meragukan namun saling percaya dan menguatkan. Secara manusiawi, perbedaan pendapat tak dapat dihindari, tetapi mari kita menyatukan hati kita di dalam kasih Kristus. - Mari kita terus mendukung dan mendoakan Bpk. Adi Cahyono dan Pdt. Ima Frontantina Simamora untuk terus berjalan di dalam kasih Kristus. Inilah wujud kasih sayang kita kepada mereka. Kita sama-sama berjalan dengan kedua rekan kita untuk menemukan karya kasih Allah yang melampaui bayangan dan pikiran manusiawi sebagai bentuk pertolongan Allah. Mungkin pertolongannya hadir dalam bentuk yang tidak kita bayangkan sebelumnya, di tempat yang tidak kita pikirkan sebelumnya, dan bahkan waktu yang tidak kita duga.
- Mari kita melanjutkan perjalanan bahtera jemaat GKI Delima dengan terus bersandar pada Kristus, Sang Nahkoda yang adalah Sang Kepala Gereja. Dialah Sang Gembala, dan hanya kepada-Nya-lah kita melabuhkan kesetiaan kita.
Marilah kita melangkah bersama dalam pengampunan, harapan, dan pembaruan. Kita tidak sedang mengakhiri sebuah cerita. Kita sedang membuka lembaran baru bersama-sama. Kita tidak sendirian, Tuhan di depan, dan saudara seiman di samping kita. Inilah saatnya berjalan lagi—bukan dengan beban masa lalu, tetapi dengan harapan yang Tuhan nyalakan di hati kita. Kiranya Tuhan memelihara dan menuntun jemaat-Nya menuju masa depan yang dikehendaki-Nya. Tuhan memberkati. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan Sang Kepala Gereja.
Gereja bagai bahtera di laut yang seram,
mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Hai 'kau yang takut dan resah, 'kau tak sendirian;
teman sejalan banyaklah dan Tuhan di depan!
Bersama-sama majulah, bertahan berteguh;
tujuan akhir adalah labuhan Tuhanmu!
Tuhan tolonglah! Tuhan, tolonglah!
Tanpa Dikau semua binasa kelak, Ya, Tuhan tolonglah.
Jakarta, 11 Mei 2025
Majelis Jemaat GKI Delima
| Pnt. Yen Christian | Pnt. Inkarajati Tjandra |
| Ketua Umum | Sekretaris Umum |








