Hari Minggu ini kita kembali memperingati kebangkitan Yesus dari kematian, biasanya disebut sebagai Minggu Paskah. Tentu sudah bukan hal baru bagi kita yang sudah menjadi orang Kristen. Pertanyaan reflektifnya, sudah berapa kali kita sungguh-sungguh mengalami perubahan sikap hidup sesudah merayakan Paskah? Sudahkah kita menjadi orang yang sama tetapi pribadinya memiliki cara pandang dan sikap hidup yang selalu diperbaharui?
Kebangkitan Yesus di hari Paskah Yahudi bukan semata-mata peristiwa sejarah. Hal itu semestinya menjadi titik balik bagi dunia dan hidup kita. Ingatlah selalu bahwa Yesus mati untuk pengampunan dosa manusia, namun pada hari yang ketiga Ia bangkit! Kematian dan kuasa dosa (maut) telah dikalahkan dan harapan baru lahir. Melalui pengorbanan Yesus di kayu salib kita diselamatkan dari kuasa maut dan memiliki jaminan kehidupan kekal (Yoh 3:16). Diselamatkan berarti diberikan hidup baru (Rm 6:4), yaitu hidup yang datang dari Kristus yang telah mati dan bangkit bagi kita.
Dalam Injil Lukas 24:1-12 diceritakan bahwa malaikat mengingatkan ucapan Yesus tentang rangkaian peristiwa tsb, kepada para perempuan yang menengok ke kubur Yesus. Ingatan akan firman-Nya meneguhkan iman mereka di tengah kebingungan dan ketakutan (ay.5-6). Setelah itu para perempuan tadi tidak tinggal diam. Mereka segera kembali dan memberitakan semuanya kepada para murid (ay.9). Kesaksian tersebut dianggap omong kosong dan tidak bisa dipercaya. Namun Petrus bergegas dan membuktikan sendiri bahwa kubur kosong (ay.11-12).
Kebangkitan Yesus telah mengubah dukacita menjadi sukacita, ketakutan menjadi keberanian, keraguan menjadi iman. Mereka yang percaya dan menyaksikan bahwa Yesus bangkit, tetap setia mewartakan kabar itu sampai akhir hidupnya. Sikap seperti ini menjadi teladan bagi kita: bahwa kita harus mewartakan Kristus bukan karena diterima atau tidak, melainkan karena kita sendiri telah mengalami karya-Nya. Kita harus tetap setia menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari, meski kadang tidak dipercaya, diremehkan atau diabaikan, sekalipun ditolak atau bahkan disingkirkan.
Hendaklah ini menjadi pegangan, yaitu kita mesti selalu mengingat dan mempercayai firman Tuhan, terutama di saat sulit. Sehingga kita bukan hanya siap dan kuat, tetapi juga terus dimampukan untuk membagikan pengharapan dan sukacita kepada dunia yang masih dikuasai ketakutan dan keputusasaan. Inilah salah satu cara mewartakan Kristus yang telah bangkit dari kematian.
Kiranya setelah perayaan Paskah tahun ini hidup kita sungguhsungguh diubahkan oleh kuasa kebangkitan-Nya. Hidup dalam cinta kasih Kristus, yang mau peduli dan berkorban untuk sesama demi kemuliaan nama-Nya. Selamat merayakan Paskah, selamat untuk terus berubah dalam kasih karunia Allah. Imanuel.
Pdt. Adi Cahyono








